During this pandemic, we’ve seen so many negativities on the news, social media, WhatsApp family group, etc. We act more cautious and aware of our hygiene because of this pandemic. But being cautious is also making us more individualistic and judgmental.
People easily suspect others having COVID-19 for coughing a little and argue with each other for having different opinions about this situation. What’s dangerous about these negativities is that they are more contagious than the COVID-19 itself. It affects both our productivity and mental health.
“When will this pandemic be over?” is the question most people are wondering right now.
Nobody can give an exact answer, but what if we ask a question through another perspective, such as, “What can I do to make the slightest difference?”
Wondering about the uncertainty of our future, will lead to stress and anxiety, as we cannot control everything in this world. But by focusing on the things we have in our hands, will boost our confidence and make us easier to cope. So, what can we do during this pandemic?
The answer is collaboration.
Collaboration doesn’t cause instant changes, but we believe collaboration can restore our faith in humanity. We can bring positive changes in the community, because the restoration of our home is not just one person or one organization’s responsibility, but it is the responsibility of us all.
Even large organization like WHO (World Health Organization) needs our collaboration to cure our world. They’re starting a global collaboration movement to speed up the development and production of COVID-19 vaccines (source: WHO Newsroom). To discover new vaccines, WHO needs our cooperation to be tested and stay at home. A person’s COVID-19 test is valuable to heal the world. The same goes for our act of kindness towards each other is valuable to change our situation for the better.
Speaking of collaboration, it reminds us of the Raja Ampat community. They live as a community and work together to overcome their problems. Their story can be used as an inspiration to care for one another. They had great collaboration long before this pandemic happened and became even tighter during this pandemic. Here's why:
Raja Ampat people are known to rely on natural resources to live, even until their future generations. Before this pandemic emerged, the community had collaborated to preserve their nature through the Sasi tradition (read more about Sasi) to maintain the stability of their food sources. That’s why in today’s pandemic, they’re able to survive with an abundance of food resources, even though they’re facing a decline in tourism and have limited access to the city due to this pandemic.
Sasi is a form of collaboration where community members give up some of their fishing locations to be temporarily closed so that the results are abundant. Harvest from the Sasi ceremony is also used for the needs of the community. The people of Raja Ampat also collaborated to form a Community Patrol Team to guard their seas, even in Pam Village, the women also formed a patrol team. So, when a pandemic hits our country, they can face the situation together as they’ve always had.
Their story teaches us the importance of collaborating in this difficult time. By helping each other and protecting our nature, it will have a better impact than spreading negative things and thinking only about ourselves.
Indonesian Ocean Pride would like to ask you to join us in a global collaboration to support each other and nature as a community. We can start from as simple as giving your reusable masks for others who don’t have it and spreading positive news to your WhatsApp family group to encourage each other. You can also try to donate food and other daily needs through donations at certain institutions, or to your neighbors who are quarantined at home.
We don’t know for sure when this pandemic will end, but we believe we can make our situation better by helping each other. We cannot protect our nature if we don’t start by protecting each other.
Kisah Raja Ampat: Pentingnya Sebuah Kesatuan
Selama pandemi ini, kita melihat begitu banyak hal negatif di berita, media sosial, grup WhatsApp keluarga, dll. Kebanyakan dari kita akan mencoba menghindari hal-hal negatif tersebut untuk menjaga kesehatan pikiran, namun kita tetap tahu bahwa pandemi ini belum berakhir dengan melihat situasi lingkungan yang ada. Kita bertindak lebih hati-hati selama pandemi dan sadar akan pentingnya kebersihan diri, namun hal ini juga membuat beberapa dari kita lebih individualistis dan menghakimi orang-orang yang kita curigai terkena COVID-19.
Kebanyakan dari masyarakat kita menghindar ketika mereka melihat ada orang yang batuk, dan mencurigai orang itu terkena COVID-19. Jemari dari beberapa orang lebih enteng dalam menulis komentar negatif di media sosial ketika mereka membaca berita tentang COVID-19. Orang-orang menjadi berkelahi dengan satu sama lain karena mereka memiliki perspektif yang berbeda tentang situasi pandemi ini.
Apa yang berbahaya tentang negativitas ini adalah tingkat penularannya lebih tinggi daripada COVID-19 itu sendiri. Kita tidak hanya sedang menghadapi sebuah virus yang tidak kasat mata, tetapi kita juga sedang menghadapi mentalitas negatif yang menular. Mentalitas negatif ini mempengaruhi kesehatan mental kita. Kita menjadi lebih stress dan merasa bahwa situasi ini tidak akan bisa berubah, karena kita terlalu sering melihat kabar yang buruk di media.
"Kapan pandemi ini akan berakhir?" adalah pertanyaan yang banyak ditanyakan orang saat ini.
Saat ini belum ada yang bisa memberikan jawaban yang pasti, tetapi bagaimana jika kita mengubah pertanyaannya melalui perspektif lain, seperti, “Apa yang dapat kita lakukan selama pandemi ini? Hal terkecil apa yang bisa saya lakukan untuk membuat perbedaan?”
Bertanya-tanya tentang masa depan yang kita tidak tahu pasti, akan menyebabkan stres dan kecemasan, karena kita tidak dapat mengendalikan segala sesuatu di dunia ini. Tetapi dengan berfokus pada hal-hal yang mampu kita lakukan saat ini, akan meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk untuk komunitas kita. Jadi, apa yang bisa kita lakukan selama pandemi ini?
Jawabannya adalah kolaborasi.
Kolaborasi bukanlah sesuatu yang membawa perubaha secara instan, tetapi kita percaya kolaborasi dapat mengembalikan kepercayaan kita pada kemanusiaan. Karena dengan berkolaborasi, kita dapat membawa perubahan positif di komunitas. Satu orang tidak akan bisa membuat perubahan, tetapi sekumpulan orang dengan hati yang sama dapat membawa perubahan secara bertahap.
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memulai gerakan kolaborasi global untuk mempercepat pengembangan, produksi dan akses yang adil ke diagnostik, terapi, dan vaksin COVID-19 yang baru (sumber: WHO Newsroom). Pemulihan bumi ini bukan hanya tanggungjawab satu orang atau satu organisasi, tetapi itu adalah tanggung jawab kita semua. Untuk menemukan vaksin baru, WHO membutuhkan kerja sama seluruh masyarakat untuk diuji dan tetap berada di rumah. Satu hasil tes COVID-19 sangat berharga untuk menyembuhkan dunia. Hal yang sama berlaku untuk tindakan kebaikan kita terhadap satu sama lain dengan membantu mereka tetap terlindungi di rumah.
Berbicara tentang kolaborasi, mengingatkan kita dengan kisah masyarakat Raja Ampat, yang hidup sebagai sebuah komunitas dan bekerjasama mengatasi masalah mereka. Mereka dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk peduli dengan satu sama lain. Mereka memiliki kolaborasi yang hebat jauh sebelum pandemi ini terjadi, dan menjadi semakin erat selama pandemi ini. Inilah alasannya:
Masyarakat Raja Ampat dikenal mengandalkan sumber daya alam untuk hidup. Mereka dapat menghidupi generasi penerusnya sampai kapan pun dengan mengandalkan alam di sekitarnya. Sebelum pandemi ini muncul, masyarakat telah berkolaborasi untuk menjaga alam mereka melalui tradisi Sasi (baca artikel kita tentang Sasi) dan pembentukan kawasan konservasi laut, untuk menjaga kestabilan sumber pangan mereka. Sehingga meskipun saat ini mereka menghadapi penurunan pendapatan dalam pariwisata dan memiliki keterbatasan akses ke kota karena pandemi. Mereka tetap dapat bertahan hidup karena sumber pangan dari laut tetap melimpah.
Sasi sendiri merupakan bentuk kolaborasi dimana anggota masyarakat merelakan sebagian lokasi memancingnya untuk ditutup sementara waktu, agar hasilnya melimpah. Hasil panen dari lokasi Sasi juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Masyarakat Raja Ampat juga berkolaborasi membentuk Tim Patroli Masyarakat untuk menjaga laut mereka, bahkan di Kampung Pam, ibu-ibu tidak mau kalah dan membentuk tim patroli wanita. Jadi, ketika pandemi melanda negara kita, mereka dapat menghadapi situasi bersama seperti yang selalu mereka lakukan.
Orang-orang yang lebih sehat pergi mencari makanan dari alam dan kembali untuk membagikannya kepada orang-orang di sekitarnya, terutama bagi mereka yang melakukan karantina mandiri di rumah. Kisah mereka mengajarkan kita pentingnya berkolaborasi di masa sulit ini. Dengan membantu satu sama lain dan menjaga alam kita, akan membawa dampak yang lebih baik daripada menyebarkan hal-hal negatif dan hanya memikirkan diri kita sendiri.
Indonesian Ocean Pride ingin mengajak Anda untuk bergabung dalam kolaborasi global untuk saling mendukung sebagai umat manusia. Kita bisa mulai dari hal sederhana seperti membagikan masker kain yang dapat digunakan kembali untuk mereka yang belum memiliki masker atau masih menggunakan masker sekali pakai. Kita dapat menyebarkan berita positif ke grup WhatsApp keluarga untuk saling menyemangati. Atau kita juga dapat mencoba menyumbangkan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya melalui donasi di lembaga tertentu, atau kepada tetangga kita yang harus dikarantina di rumah.
Untuk alam, kita juga harus berkolaborasi agar kondisi pandemi ini tidak kian buruk, atau bahkan terulang kembali. Selama masa pandemi ini, penggunaan plastik sekali pakai semakin meningkat. Menjaga kebersihan diri tetap yang utama, tapi jangan lupa membersihkan lingkungan dari sampah plastik.
Kita belum tahu pasti kapan pandemi ini akan berakhir, tetapi kami percaya bahwa kita dapat membuat situasi ini menjadi lebih baik dengan saling membantu. Kita tidak dapat melindungi alam, jika kita tidak mulai dengan saling melindungi satu sama lain.
Comments