top of page
Search
Writer's pictureDevina Vaniautami

Raja Ampat Culture: Sasi Laut Ceremony

by Devina Vaniautami

Each region has its own story and tradition. Indonesia has thousands of islands with their own stories and traditions. This amazes us as it widens our perspective on how people honor what they believed in.


Raja Ampat has a custom that is in harmony with the environmental preservation movement, which many conservation organizations have done for years. This custom is known as Sasi. Sasi is divided into two, which are Sasi Laut and Sasi Darat. But this time, we will discuss Sasi Laut which is supported by the Indonesian government to preserve the Indonesian oceans.


Sasi Laut is a traditional ceremony performed by local communities in Raja Ampat. This ceremony is performed as a sign to start or end the harvest season at sea. Also, this ceremony is carried out to get abundant results during the harvest period, by closing the chosen areas until the specified time. The people in Raja Ampat believe that when they go to the sea, their success depends on the Sasi Laut ceremony.


The word Sasi comes from their native language, which means Oath. Sasi Laut is a tradition passed on by their ancestors and practiced by local communities in Raja Ampat. 85% of the Raja Ampat area is an ocean. Therefore, most of the locals have jobs as fishermen. The philosophy of the Sasi Laut is to respect and ask permission from the Creator to take His creation. For them, the Sasi ceremony is a sacred ceremony and everyone must obey the rules to maintain the sanctity of the ceremony.


Sasi procedure provides significant benefits to the preservation of marine life in Raja Ampat because the chosen areas for the Sasi ceremony are usually areas that produced high-priced marine products and need to be preserved. One of the examples is lobster.


Although the results of the Sasi ceremony are abundant, this ceremony has a prohibition to take the marine products with greed. There is a set of size and percentage of marine products that can be harvested by the locals during the ceremony of Buka Sasi. One of the examples is the locals may not take lobster containing eggs. This is done so that they can still preserve lobster species to be harvested in the following seasons. In this way, the lobster species in Raja Ampat may grow and protected.

The benefits of Sasi can be enjoyed directly by the people of Raja Ampat. Their livelihood is obtained from Sasi and most of the results are used for the community, like building public facility, church, and community events.


When we heard this story about Sasi, it reminds us that nature, especially our oceans, provide for everything we need. The air we breathe and the food we ate are given by the ocean. And how the people at Raja Ampat treat nature with respect and holiness, makes us feel that we should respect nature as we respect our parents, for they’ve provided us with everything that sustained our livelihood.

 

Budaya Raja Ampat: Sasi Laut


Setiap daerah memiliki kisah dan adatnya sendiri. Terlebih Indonesia memiliki beribu pulau dengan ceritanya sendiri. Hal ini yang membuat kita terkesima dengan setiap adat yang dilakukan masing-masing daerah.


Raja Ampat memiliki adat yang selaras dengan kegerakan pelestarian lingkungan, seperti yang kita sedang lakukan. Adat itu dikenal sebagai Tradisi Sasi. Tradisi Sasi terbagi menjadi dua, yakni Sasi Laut dan Sasi Darat. Kali ini kita akan membahas tentang Sasi Laut yang telah berjalan turun temurun di masyarakat Raja Ampat dan mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah.


Sasi Laut adalah tradisi adat yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Raja Ampat. Tradisi ini dilakukan sebagai tanda untuk memulai atau menyelesaikan masa panen hasil laut. Selain itu, tradisi ini pun dilakukan guna untuk mendapat hasil yang melimpah saat masa panen, dengan cara menutup daerah tersebut hingga waktu yang ditentukan. Masyarakat di Raja Ampat mempercayai bahwa ketika mereka pergi ke laut, kesuksesan mereka akan hasil panen tergantung dari tradisi Sasi Laut yang dilakukan.


Kata ‘Sasi Laut’ berasal dari Bahasa asli mereka, yang artinya adalah Sumpah. Tradisi Sasi dianggap sebagai cara untuk mendapatkan izin mengambil hasil di daerah yang mereka lindungi. Bagi mereka, tradisi Sasi Laut adalah tradisi yang suci dan semua orang harus mematuhi aturannya untuk menjaga kesucian tradisi itu.


Sasi Laut merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masayrakat lokal di Raja Ampat. 85% dari daerah Raja Ampat adalah lautan. Oleh sebab itu, kehidupan mereka banyak bergantung dari hasil laut. Filosofi dari tradisi Sasi Laut adalah menghargai dan meminta izin kepada Sang Pencipta untuk mengambil ciptaanNya.


Prosedur tradisi ini memberikan manfaat yang signifikan terhadap kelestarian biota laut di Raja Ampat, karena penentuan daerah tradisi Sasi Laut biasanya adalah daerah yang menjadi habitat hewan laut yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satu contohnya adalah lobster.


Walau hasil dari Sasi melimpah, masyarakat tidak mengambil secara serakah dan mensepakati peraturan bersama selama buka sasi. Misalnya dengan menentukan ukuran lobster yang boleh ditangkap dan tidak menangkap lobster yang sedang bertelur. Hal ini dilakukan agar benih lobster tetap tersedia di alam, dan bisa dipanen pada musim-musim berikutnya. Dengan cara ini, jumlah lobster di Raja Ampat bisa terus melimpah.


Penjualan hasil Sasi dapat dinikmati langsung oleh masyarakat Raja Ampat. Dana yang terkumpul tidak sedikit dan biasanya dimanfaatkan untuk kegiatan komunal seperti pembangunan fasilitas umum, gedung gereja, atau acara adat yang melibatkan seluruh komunitas.


Ketika kita mendengar cerita tentang Sasi ini, kita jadi diingatkan bahwa setiap kita menerima penghidupan dari alam, terutama lautan kita. Udara, makanan, bahkan lapangan pekerjaan kita dapatkan dari lautan. Dan bagaimana masyarakat Raja Ampat memperlakukan alam dengan penuh hormat dan kesucian, membuat kita merasa bahwa sudah sepatutnya kita menghargai alam seperti kita menghargai orangtua kita, sebab alam telah menyediakan segala yang kita butuh untuk kehidupan kita.

2 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page